JANGAN
MENYERAH
di ujung
sepi ini, aku terjaga……….
bisakah aku meminjam hatimu…
sehingga aku bisa menangis dengan caramu
bisakah aku meminjam hatimu…
sehingga aku bisa menangis dengan caramu
betapa
kuingin…
menyelesaikan seuntai kalimat
yang tidak pernah tuntas…
kututurkan padamu….
menyelesaikan seuntai kalimat
yang tidak pernah tuntas…
kututurkan padamu….
tak mampu
aku terus sembunyi
dari kutukan ini, yang kubawa
sepanjang ingatanku…
saat aku berpura-pura mengabaikan rasamu…
dari kutukan ini, yang kubawa
sepanjang ingatanku…
saat aku berpura-pura mengabaikan rasamu…
berkali
kuyakinkan diriku…
dengan mempercayai hatiku
bahwa kaupun terpenjara,..
oleh rasa yang tak pernah usai
dengan mempercayai hatiku
bahwa kaupun terpenjara,..
oleh rasa yang tak pernah usai
dini hari 2.49 A.M
Di ruang kantor, berjibaku dengan penawaran tender
yang sedang deadline. ditekan waktu yang tidak bersahabat. Otakku yang beku,
malah menemukan sisi ide menulis puisi yang sudah lama aku abaikan. Ditemani
lagu yang tidak sesuai dengan selera, juga kopi yang telah tandas sejak tadi,
dengan rasa lapar yang sejak tadi menghiba-hiba minta dipuaskan…
Bersama sepenggal kisah, yang tetap indah dan masih
terasa baru dalam hitungan waktu hatiku.. Menulis di ruang publik, sepertinya
membuka sedikit celah bagi orang lain mengintip kisah yang aku simpan rapat.
Namun tak apa, siapa tahu, kisah ini bisa mewakili banyak hati di luar sana
yang pernah bodoh dan salah. Tapi tak bisa kembali pulang….
Ac yang dingin, memantul dari dinding kantor, makin
membuat kelam rasa ini… Kali ini bersama D Masiv Jangan Menyerah, yang
entahlah… aku tak bisa menemukan hubungannyan dengan puisiku itu. Tiba-tiba aku
pikir.. jadikan saja Judul puisi itu yang belum aku temukan judulnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar