Jumat, 18 November 2011

JANGAN MENYERAH
di ujung sepi ini, aku terjaga……….
bisakah aku meminjam hatimu…
sehingga aku bisa menangis dengan caramu

betapa kuingin…
menyelesaikan seuntai kalimat
yang tidak pernah tuntas…
kututurkan padamu….

tak mampu aku terus sembunyi
dari kutukan ini, yang kubawa
sepanjang ingatanku…
saat aku berpura-pura mengabaikan rasamu…

berkali kuyakinkan diriku…
dengan mempercayai hatiku
bahwa kaupun terpenjara,..
oleh rasa yang tak pernah usai

dini hari 2.49 A.M
Di ruang kantor, berjibaku dengan penawaran tender yang sedang deadline. ditekan waktu yang tidak bersahabat. Otakku yang beku, malah menemukan sisi ide menulis puisi yang sudah lama aku abaikan. Ditemani lagu yang tidak sesuai dengan selera, juga kopi yang telah tandas sejak tadi, dengan rasa lapar yang sejak tadi menghiba-hiba minta dipuaskan…
Bersama sepenggal kisah, yang tetap indah dan masih terasa baru dalam hitungan waktu hatiku.. Menulis di ruang publik, sepertinya membuka sedikit celah bagi orang lain mengintip kisah yang aku simpan rapat. Namun tak apa, siapa tahu, kisah ini bisa mewakili banyak hati di luar sana yang pernah bodoh dan salah. Tapi tak bisa kembali pulang….
Ac yang dingin, memantul dari dinding kantor, makin membuat kelam rasa ini… Kali ini bersama D Masiv Jangan Menyerah, yang entahlah… aku tak bisa menemukan hubungannyan dengan puisiku itu. Tiba-tiba aku pikir.. jadikan saja Judul puisi itu yang belum aku temukan judulnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar