TERTINGGAL
DIMASA LALU
yang kutahu,
aku masih mencintaimu
seperti pertama kali
seperti pertama kali
kuinginkan
kau, sebesar mimpiku
yang kau buai dengan gairahmu
yang kau buai dengan gairahmu
ku masih
disini,
mengais kenanganmu,
hanya itu yang kau sisakan
mengais kenanganmu,
hanya itu yang kau sisakan
at 2.20 am my room
lagu ini,
bikin jauh kembali. sebenarnya ini bukan puisi yang sama. Tadi sudah buat, tapi
tiba-tiba ‘shit’ mati lampu, tak cukup 5 menit, tapi aku tak mampu mengulang lagi
kalimat yang sama. Untung masih bisa bikin yang lumayan.
Terima
kasih, buat sobat yang mereferensikan lagu ini, dahsyat. Bikin emosi
terluapkan. Bahkan membuka kisah-kisah jadul yang sangat indah.
Terima kasih juga buat yang sudah sediakan sari laut semalam ini, sehingga lapar terpuaskan. Jadi gimana mo diet??
Terima kasih juga buat yang sudah sediakan sari laut semalam ini, sehingga lapar terpuaskan. Jadi gimana mo diet??
Hmmm, sedang
berpikir; ” Tuhan, apa saya salah? membuka dan mengintip masa lalu
membayanginya di kekinian lewat matanya? “…..
KENANGAN
ITU
jika saja,
engkau tinggal sedikit lebih lama
maka kau akan liat betapa ku pantas untukmu..
jika saja saat itu, hatimu sedikit lebih jujur..
maka hari ini, aku bisa membahagiakanmu
maka kau akan liat betapa ku pantas untukmu..
jika saja saat itu, hatimu sedikit lebih jujur..
maka hari ini, aku bisa membahagiakanmu
terlalu
cepat…
saat bahagia berpendar…
seribu rencana tentang kasih…
kini hanya bagai gelas kosong..
mengetuk hatiku yang dahaga
saat bahagia berpendar…
seribu rencana tentang kasih…
kini hanya bagai gelas kosong..
mengetuk hatiku yang dahaga
03.34 am
Selalu
begini,ide bikin puisi tidak bisa aku paksa, di sepertiga malam, baru mau
lahir. Menemani teman di seberang sana yang sedang terbaring di hospital,
menanti kekasih virtualnya yang belum juga muncul.. Akh akhirnya sy yang jadi
pelarian..
Jatah nasi
goreng yang dibelikan seorang teman cukup membawa pengaruh, karena kali ini
perut tidak lagi menghiba minta diisi, tapi gantian mata yang minta
dikasihani…tak ada kopi, karena kali ini bukan di kantor, di ruang pribadi
dengan tempat tidur di sebelahku, sedang merayuku untuk segera merebahkan diri.
Hujan rintik
menambah rumit situasi, karena akan susah bagi saya memilih antara buat puisi
baru ato tidur dibuai nyanyian hujan yang syahdu.
tp baiklah
sy mengalah, segera harus tidur, tubuh dan otakku butuh istirahat tak ada
kompromi, malam semua…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar